Minggu, 28 September 2014

sosiolinguistik artikel



Bahasa dan Masyarakat
Minangkabau
oleh
Weni novita
1110741002
Abstrak
Bahasa sangat besar kaitannya dengan masyarakat dan merupakan unsur utama, karena dengan bahasa seseorang dapat mengenali struktur sosial dan budaya seseorang.  Setiap bahasa memiliki cirri khas tersendiri, tergantung tempat dan masyarakat penggunanya. Keunikan ini dapat kita lihat dari dialek bahasa tersebut. Bahasa dapat dipengaruhi oleh struktur sosial masyarakat.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini metode cakap langsung dengan masyarakat, dengan menyediakan daftar tanya.. Teknik yang digunakan 1) Studi Kepustakaan, Teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi pengetahuan dengan membaca dan menelaah buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.2.) Teknik AnalisisTeknik ini digunakan untuk melakukan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Kemudian yang digunakan teknik dasar dan teknik lanjutan
Dari analisis yang telah  diperoleh dilapangan, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: bahasa Minangkabau dilihat dari Bahasa dan Tingkatan Sosial, dikenal dengan kato nan ampek, yaitu kato mandaki, kato mandata, kato malereng, dan kato manurun,


Kata kunci: budaya, bahasa, dan sosial,








1.      PENDAHULUAN
Latar belakang
Bahasa sangat besar kaitannya dengan masyarakat dan merupakan unsur utama, karena dengan bahasa seseorang dapat mengenali struktur sosial dan budaya seseorang.  Setiap bahasa memiliki cirri khas tersendiri, tergantung tempat dan masyarakat penggunanya. Keunikan ini dapat kita lihat dari dialek bahasa tersebut.
Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Kajian secara eksternal artinya, pengakajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja, seperti struktur fonologis, struktur morfologis, atau struktur sintaksisnya.
Kajian internal dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur yang ada dalam disiplin linguistik saja. Sebaliknya kajian eksternal, berarti kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada diluar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penutur di dalam kelompok-kelompok sosial masyarakat.




Tujuan
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bahasa dan masyarakat  bahasa Minangkabau berdasaran tingkatan sosial dalam tuturan
Metode
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini metode cakap langsung dengan masyarakat, dengan menyediakan daftar tanya.. Teknik yang digunakan 1) Studi Kepustakaan, Teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi pengetahuan dengan membaca dan menelaah buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.2.) Teknik AnalisisTeknik ini digunakan untuk melakukan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Kemudian yang digunakan teknik dasar dan teknik lanjutan










2.      Bahasa Dan Masyarakat Didaerah
Teori
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (kridalaksana , 2008: 24)
Sosiolingistik berasal dari gabungan kata  sosial dan linguistik, sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat. sosiologi berusaha mengetahaui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan dan segala maslah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam masyarakat.
Sedangkan linguistik adalah bidang kajian yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajannya. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (kridalkasana, 2008: 144).
Sosiolingustik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahsa itu di dalam masyarakat. sosiolinguistik adalah cabang linguistic yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh anatara perilaku bahasa dan perilaku sosial (kridalksana, 2008: 255).
Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga usur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain  dalam suatu masyarakat tutur, menurut Fishman dalam Chaer (2010: 3).



PEMBAHASAN
Bahasa dan Tingkatan Sosial

Bahasa adalah unsur utama dari suatu kebudayaan, dengan bahasa kita bisa mengetahui kebudayaan dan  latar sosial seseorang. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat sangat berkaitan dengan kebudayaan masing-masing. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat perkotaan dan pedesaan. Masyarakat perkotaan lebih banyak pengaruh dari bahasa-bahasa asing, sedangkan bahasa pedesaan masih mengunakan norma yang dianut oleh kelompok masyarakat tersebut.
Pengaruh bahasa yang digunakan sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat salah satu untuk menandakan status sosial dan status ekonomi seseorang. Misalnya penggunaan bahasa yang bersifat ilmiah, menandakan si penutur merupakan golongan terpelajar  (berpendidikan). Yang lebih jeli dalam memilih kata dalam menuturkan suatu bahasa. Berbeda dengan masyarakat yang tidak berpendidikan, yang pengunaan kata asal-asalan saja, contohnya dapat kita dengar diterminal-terminal, dan dipasar-pasar.
Dalam masyarakat kota besar yang heterogen dan multietnis, tingkat status sosial berdasarkan derajat kebangsawanan mungkin sudah tidak ada; ataupun sudah tidak dominan lagi. sebagai gantinya adalah lapisan tingkatan dilihat dari sosial ekonomi. Didalam masyarakat dapat kita kenal dengan istilah golongan atas, golongan menengah, golongan bawah.

Adanya faktor sosial dan faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa maka timbulah variasi-variasi bahasa. Sedangkan adanya berbagai variasi bahasa menunjukkan bahwa bahasa atau lebih tepatnya pemakai bahasa itu bersifat aneka ragam (hetrogen). Keanekaragaman bahasa dalam pemakaiannya baik secara individu maupun secara kelompok. Secara individu peristiwa itu dapat kita amati pada pemakaian bahasa orang-orang. Setiap orang berbeda cara pemakaian bahasanya. Perbedaan itu dapat kita lihat dari segi lagu atau intonasinya, pilihan kata-katanya, susunan kalimatnya, cara mengemukakan idenya dan sebagainya. Atau dengan kata lain, kita dapat membedakan dari segi fonetik-fonetiknya, kosakata atau leksikonnya, gramatika serta gaya tuturnya. Sifat-sifat khusus (karakteristik) pemakaian bahasa perseorangan  dikenal dengan istilah idiolek.
Masyarakat bahasa adalah sekumpulan manusia yang menggunakan sistem isyarat bahasa yang sama. Pengertian bahasa menurut Bloomfield oleh para ahli sosiolinguistik dianggap terlalu sempit karena setiap orang menguasai dan menggunakan lebih dari satu bahasa. Corder mengatakan, bahwa masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang satu sama lain bisa saling mengerti sewaktu mereka berbicara. Apabila dilihat dari dua konsep ahli tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat bahasa itu dapat terjadi dalam sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan syarat di antara mereka terjadi saling pengertian.
mengenai bahasa dalam status sosial masyarakat di Indonesia pun status sosial dan bahasa ini juga bisa kita lihat dengan sendirinya. Pada amsyarakat jawa misalnya mereka mengenal tingkatan jawa karma yaitu untuk status sosialnya yang lebih rendah mengunakan bahasa yang lebih tinggi. Dan tingkatan sosial lebih tinggi  mengunakan tingkat bahasa yang lebih rendah, yaitu ngoko.
Dalam bahasa Minangkabau dikenal dengan empat kategori  tutur sapa, atau yang biasa dikenal dengan kato nan ampek . Pertama kato mandaki (tuturan mendaki) biasa diucapkan kepada orang yang lebih tua. Namun hal tua didalam keteks ini bukan orang yang tua dari umurnya, tetapi orang yang memiliki pengalaman.
            Kedua yaitu kato manurun (tuturan menurun)dalam minangkabau diistilahkan   “kato manurun kata perintah”, tuturan ini biasanya digunakan kepada orang yang lebih kecil usianya. Tapi kecil disini tidak identik dengan umur, tetapi dapat juga dilihat dari pengalaman. Kato manurun biasanya digunakan oleh orang tua ke anak dan mamak kemenakan.
            Ketiga kato mandata (tuturan mendatar), tuturan ini biasanya digunakan oleh kepada orang yang seusia, dalam kehidupan sehari-hari. Dan keempat yaitu kato malereng (tuturan malereng), dalam bahasa minangkabau diistilahan sebagai ‘kato malereng kato bakieh’ artinya tuturan seperti ini kecendrungannya mengunakan kiasan-kiasan dalam penyampaianya. Seorang mertua yang biasanya digunakan tuturan melereng terhadap menantunya. Menantu akan menggunakan tuturan mendaki kepada mertuanya.
ungkapan kato nan ampek atau biasa juga disebut dengan jalan nan Ampek sudah menjadi ciri khas pergaualan masyarakat Minang kabau dari nenek moyang sampai pada saat sekarang ini. orang minang yang salah berperilaku atau menempatkan posisinya disebut dengan indak tau jo nan ampek atau urang indak baradaik.
pergaulan sehari hari orang Minang Kabau dapat digambarkan dengan ungkapan adat:
nan tuo di hormati
nan ketek di sayangi
samo gadang baok baiyo.
Dalam kehidupan seseorang harus mengetahui kato nan ampek (tuturan yang empat). Orang yang tidak mengetahui kato nan empat bisa dipandang janggal dan tidak dihargai oleh orang lain. Indak    tau dinan  bana,
indak lo tau di nan salah
Indak tau di nan di suruah.
Indak lo tau jo nan di tagah.
Orang yang bijaksana, tau dengan masa lalu, tau dengan masa yang akan datang, tau mana jalan yang benar, itulah hidup seorang yang berlaku bijaksana.
Tapi dalam praktek yang sekarang jarang kita lihat penggunaan kato nan ampek dalam kehidupaan sehari-hari. Antara  mamak dan kemenakan tidak ada lagi tuturan yang menggunakan kato mandaki. Ini merupakan dampak buruk dalam perkembangan budaya. Dimana budaya luar yang memasuki budaya minang, yang membuat budaya tersebut memudadar. Karena seorang pemuda tidak tau, penggunaan kato nan ampek. Terkadang yang tua tidak ada lagi dihargai dan mengunakan kata-kata yang biasa digunkan terhadap teman sebaya. Rasa Saling menghargai dalam kehidupan sudah tidak lagi ditemukan.





3. PENUTUP
 Kesimpulan
Sosiolingistik berasal dari gabungan kata  sosial dan linguistik, sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat. sosiologi berusaha mengetahaui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan dan segala maslah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam masyarakat.
            Dalam Masyarakat Minangkabau bahasa dan tingkatan sosial dapat kita lihat dalam tuturan yang dikenal dengan kato nan ampek, yaitu kato mandaki, kato menurut, kato mandata, kato malereng. Dalam penggunakan kato tersebut tergantung dengan siapa yang kita berbicara dan pemilihan kata dalam berbicara. Karena sudah diatur dalam kato nan empat.








4.DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press
Chaer, Abdul Dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolingistik. Jakarta: Reneka Cipta.
Chaer,Abdul.2007 .Linguistik Umum.Jakarta :Rineka Cipta.
Kridalaksna, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Bahren. 2011. Lika Liku Linguistik. Padang: Minangkabau _Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar