Sabtu, 31 Agustus 2013

AFIKSASI Bahasa Lampung "Dialek Tulang Bawang"



BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa dari kepulauan Nusantara yang masih hidup dan dipakai oleh masyrakat penuturnya. Terutama sebagai bahasa pergaulan intrasuku. Selain bahasa Lampung juga masih dipakai dalam upacara-upacara adat, seperti upacara pernikahan, pemeberian nama atau pemberian gelar, khitanan dan lain-lain.
Dalam bahasa Lampung dapat kita lihat sistem morfologi, yaitu ilmu linguistik yang mempelajari tentang kata. Didalam kata dalam bahasa Lampung, Dialek Tulang bawang  dapat kita lihat dalam penggunaan afiksasi dalam kata atau kalimat.
Dalam dialek Tulang bawang, proses morfologis dapat berupa pengimbuhan dengan/tanpa perubahan bunyi atau hanya berupa berubahan bunyi. Verba berafik dapat dibedakan menjadi (1) verba berprefiks, (2) verba berinfiks, (3) verba bersufiks, dan (4) verba afiks gabung konfiks.










BAB II
PEMBAHASAN

Proses Afiksasi Verba  Dalam Bahasa Daerah  Lampung, Dialek Tulang Bawang
Afiksasi adalah proses pengimbuhan yang menghasilkan afiks. Sedangkan afiks adalah sebuah bentuk morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Menurut Ramlan lebih lanjut menyebut afiksasi itu sebagai pembubuhan afiks pada suatu satuan (bentuk), baik tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata.
Proses pembubuhan afiks sendiri ialah pembubuhan afiks pada sesuatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Sedangkan afiks adalah sebuah bentuk berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.
Jadi, fiksasi merupakan proses penambahan afiks pada bentuk dasar dengan cara memadukan afiks itu pada bentuk dasarnya sehingga menjadi satuan yang baru, baik dari sisi bentuk maupun dari sisi makna. Satuan baru hasil dari proses penambahan afiks (afiksasi) ini disebut juga kata.

Afiksasi Verba yang ditemukan dalam bahasa Lampung, dialek Tulang Bawang

1.      Prefiks
Prefik atau awalan adalah afiks yang dilekatkan di awal bentuk dasar (Alwi dll, 2003: 31).
Adapun prefiks dalam bahasa Lampung, dialek Tulang Bawang  meliputi ;
a.      di-
/di-/ + bou      ‘bawa’             -->       dibou               ‘dibawa’
/di-/ + golai      ‘gulai’             -->      digolai             ‘digulai’



b.      be-
/be-/+ obah      ‘ ubah’             -->      beobah           ‘ berubah’
/be-/+ kanduk  ‘kerudung’        -->        bekanduk        ‘berkerudung’
c.       n-
/n-/ +  babai     ‘gendong’       -->       ngebabai          ‘menggendong’
/n-/ + latuh       ‘timpa’            -->        ngelatuh          ‘menimpa’

d.      te-
/te-/ + akkat     ‘angkat’           -->       teakkat                        ‘terangkat’
/te-/ + penjou   ‘terjerat’          -->        terpenjou         ‘terjerat’

e.       pe- peR
/pe-/+ wawai   ‘indah’             -->       pewawai          ‘perindah’
/peR-/ + tego   ‘tiga’                -->       peRtegeou      ‘pertiga’


2.      Infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang disisipkan di tengah bentuk dasar (Alwi dll, 2003: 31).
Adapun infiks dalam bahasa   Lampung, dialek Tulang bawang  meliputi;

a.      –em-
/-em-/ + eghik              ‘jerit’               -->       kemeghik        ‘menjerit’
/-em-/+ awoh               ‘jauh’               -->        jemawoh         ‘menjauh’

3.      Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dilekatkan di bagian belakang bentuk kata (Alwi dll, 2003: 31).
Adapun sufiks dalam bahasa Lampung, dialek Tulang Bawang meliputi;

a.      –ei
Baccuh                        ‘tambah’ + /-ei /           -->       baccuhei          ‘tambahi’
Piyeu               ‘selimut’ +/-ei/                          -->     piyeuei             ‘selimuti’


b.      –ken
Attak               ‘antar’ + /-ken/               -->    attakken          ‘antarkan’
Payung            ‘payung’+/-ken/               -->      payungken      ‘payungkan’


4.      Konfiks
Konfiks atau imbuhan gabungan adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit bentuk dasar secara bersamaan yang membentuk suatu kesatuan fungsi dari satu arti dll, 2003: 32).
Adapun konfiks dalam bahasa lampung, dialek tulang bawang meliputi;

a.      N-ken
/N-ken/ + aku                    ‘ambil’             -->       ngakukken      ‘mengambilkan’
/N-ken/ + onot                   ‘cari’               -->        ngonotken      ‘mencari’

b.      n-ei
/n-ei/ + kekai                     ‘isi’                  -->        ngekaiei          ‘mengisi’
/n-ei/ +cabut                      ‘cabut’             -->        nyabutei          ‘mencabuti’

c.       be-ken
/be-ken/ + pakkul              ‘atap’               -->       bapakkulken         ‘beratapkan’
/be-ken/ + piyue                ‘silimut’             -->        bepiyeuken            ‘berselimutkan’   

d.      be-an
/be-an/ + dakep                 ‘peluk’             -->        bedakepan      ‘berpelukan’
/be-an/ + bates                   ‘baras              -->       bebatesan        ‘berbatasan’

e.       di-ken
/di-ken/ + akuk                  ‘ambil’             -->       diakeken         ‘diambilkan’
di-ken/ + lucuk                  ‘lepas’              -->        dilucukken      ‘dilepaskan’
f.       di-ei
/di-ei/ + iring                     ‘iring’              -->        diiringei           ‘diiringi’
/di-ei/ + susei                     ‘susu’             -->        disuseuei         ‘disusui’

g.      per-kan
/per-ken/ + rebut                ‘rebut’            -->      perebutken     ‘perebutkan’
Per-ken/ + nah                   ‘lihat’              -->        pernahken       ‘perlihatkan’














BAB III
PENUTUP
            KESIMPULAN
 fiksasi merupakan proses penambahan afiks pada bentuk dasar dengan cara memadukan afiks itu pada bentuk dasarnya sehingga menjadi satuan yang baru, baik dari sisi bentuk maupun dari sisi makna. Satuan baru hasil dari proses penambahan afiks (afiksasi) ini disebut juga kata.
Dalam bahasa Lampung Dialek Tulang Bawang ditemukan bebrapa afiksasi, yaitus Prefik atau awalan adalah afiks yang dilekatkan di awal bentuk dasar yaitu (di-., be-, ber-, N-, me-,te-, ter-, dan pe-, per-) .Infiks atau sisipan adalah afiks yang disisipkan di tengah bentuk dasar yaitu (-em-)  Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dilekatkan di bagian belakang bentuk kata , yaitu ( -ei, ‘I’ dan –ken(-ke) ‘-kan’).
Konfiks atau imbuhan gabungan adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit bentuk dasar secara bersamaan yang membentuk suatu kesatuan fungsi dari satu arti , yaitu ( N-ken, N-ei, be-ken, di-ko, di-ei, per-ken, dan ke-an.)





           





Daftar Pustaka
·         Hermawan, Wawan. Sistem Morfologi Verba Bahasa Lampung Dialek Tulang Bawang. Jakarta: Pusat Bahasa, 2001