BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa dari kepulauan Nusantara
yang masih hidup dan dipakai oleh masyrakat penuturnya. Terutama sebagai bahasa
pergaulan intrasuku. Selain bahasa Lampung juga masih dipakai dalam
upacara-upacara adat, seperti upacara pernikahan, pemeberian nama atau
pemberian gelar, khitanan dan lain-lain.
Dalam bahasa Lampung dapat kita lihat sistem morfologi, yaitu ilmu
linguistik yang mempelajari tentang kata. Didalam kata dalam bahasa Lampung, Dialek
Tulang bawang dapat kita lihat dalam penggunaan
afiksasi dalam kata atau kalimat.
Dalam dialek Tulang bawang, proses morfologis dapat berupa
pengimbuhan dengan/tanpa perubahan bunyi atau hanya berupa berubahan bunyi.
Verba berafik dapat dibedakan menjadi (1) verba berprefiks, (2) verba
berinfiks, (3) verba bersufiks, dan (4) verba afiks gabung konfiks.
BAB II
PEMBAHASAN
Proses Afiksasi
Verba Dalam Bahasa Daerah Lampung, Dialek Tulang Bawang
Afiksasi adalah
proses pengimbuhan yang menghasilkan afiks. Sedangkan afiks adalah sebuah
bentuk morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses
pembentukan kata. Menurut Ramlan lebih lanjut
menyebut afiksasi itu sebagai pembubuhan afiks pada suatu satuan (bentuk), baik
tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata.
Proses
pembubuhan afiks sendiri ialah pembubuhan afiks pada sesuatu satuan, baik
satuan itu berupa bentuk tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata.
Sedangkan afiks adalah sebuah bentuk berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada
sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.
Jadi, fiksasi merupakan proses penambahan afiks
pada bentuk dasar dengan cara memadukan afiks itu pada bentuk dasarnya sehingga
menjadi satuan yang baru, baik dari sisi bentuk maupun dari sisi makna. Satuan
baru hasil dari proses penambahan afiks (afiksasi) ini disebut juga kata.
Afiksasi Verba yang ditemukan dalam bahasa
Lampung, dialek Tulang Bawang
1.
Prefiks
Prefik atau awalan adalah afiks yang dilekatkan di awal bentuk dasar (Alwi dll, 2003: 31).
Adapun prefiks
dalam bahasa Lampung, dialek Tulang Bawang meliputi ;
a.
di-
/di-/ + bou ‘bawa’ --> dibou
‘dibawa’
/di-/ + golai ‘gulai’ --> digolai ‘digulai’
b.
be-
/be-/+ obah ‘ ubah’ --> beobah ‘ berubah’
/be-/+ kanduk ‘kerudung’ --> bekanduk ‘berkerudung’
c.
n-
/n-/ + babai
‘gendong’ --> ngebabai ‘menggendong’
/n-/ + latuh ‘timpa’ --> ngelatuh ‘menimpa’
d.
te-
/te-/ + akkat ‘angkat’ --> teakkat ‘terangkat’
/te-/ + penjou ‘terjerat’ --> terpenjou ‘terjerat’
e.
pe- peR
/pe-/+ wawai ‘indah’ --> pewawai ‘perindah’
/peR-/ + tego ‘tiga’ --> peRtegeou ‘pertiga’
2.
Infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang disisipkan di tengah bentuk dasar (Alwi dll, 2003: 31).
Adapun infiks
dalam bahasa Lampung, dialek Tulang
bawang meliputi;
a.
–em-
/-em-/ + eghik ‘jerit’ --> kemeghik ‘menjerit’
/-em-/+ awoh ‘jauh’ --> jemawoh ‘menjauh’
3.
Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dilekatkan di bagian belakang bentuk kata (Alwi dll, 2003: 31).
Adapun sufiks
dalam bahasa Lampung, dialek Tulang Bawang meliputi;
a.
–ei
Baccuh ‘tambah’ + /-ei / --> baccuhei ‘tambahi’
Piyeu ‘selimut’ +/-ei/ --> piyeuei ‘selimuti’
b.
–ken
Attak ‘antar’ + /-ken/ --> attakken ‘antarkan’
Payung ‘payung’+/-ken/ --> payungken ‘payungkan’
4.
Konfiks
Konfiks atau
imbuhan gabungan adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit bentuk dasar
secara bersamaan yang membentuk suatu kesatuan fungsi dari satu arti dll, 2003: 32).
Adapun konfiks dalam bahasa lampung, dialek
tulang bawang meliputi;
a.
N-ken
/N-ken/ + aku ‘ambil’ --> ngakukken ‘mengambilkan’
/N-ken/ + onot ‘cari’ --> ngonotken ‘mencari’
b.
n-ei
/n-ei/ + kekai ‘isi’ --> ngekaiei ‘mengisi’
/n-ei/ +cabut ‘cabut’ --> nyabutei ‘mencabuti’
c.
be-ken
/be-ken/ + pakkul ‘atap’ --> bapakkulken
‘beratapkan’
/be-ken/ + piyue ‘silimut’ --> bepiyeuken
‘berselimutkan’
d.
be-an
/be-an/ + dakep ‘peluk’ --> bedakepan ‘berpelukan’
/be-an/ + bates ‘baras --> bebatesan ‘berbatasan’
e.
di-ken
/di-ken/ + akuk ‘ambil’ --> diakeken ‘diambilkan’
di-ken/ + lucuk ‘lepas’ --> dilucukken ‘dilepaskan’
f.
di-ei
/di-ei/ + iring ‘iring’ --> diiringei ‘diiringi’
/di-ei/ + susei ‘susu’ --> disuseuei ‘disusui’
g.
per-kan
/per-ken/ + rebut ‘rebut’ --> perebutken ‘perebutkan’
Per-ken/ + nah ‘lihat’ --> pernahken ‘perlihatkan’
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
fiksasi merupakan proses penambahan afiks pada
bentuk dasar dengan cara memadukan afiks itu pada bentuk dasarnya sehingga
menjadi satuan yang baru, baik dari sisi bentuk maupun dari sisi makna. Satuan
baru hasil dari proses penambahan afiks (afiksasi) ini disebut juga kata.
Dalam bahasa
Lampung Dialek Tulang Bawang ditemukan bebrapa afiksasi, yaitus Prefik atau awalan adalah afiks yang dilekatkan di awal bentuk dasar yaitu
(di-., be-, ber-, N-, me-,te-, ter-, dan pe-, per-) .Infiks atau sisipan adalah afiks yang disisipkan di tengah bentuk dasar yaitu
(-em-) Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dilekatkan di bagian belakang bentuk kata , yaitu ( -ei,
‘I’ dan –ken(-ke) ‘-kan’).
Konfiks atau
imbuhan gabungan adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit bentuk dasar
secara bersamaan yang membentuk suatu kesatuan fungsi dari satu arti , yaitu (
N-ken, N-ei, be-ken, di-ko, di-ei, per-ken, dan ke-an.)
Daftar Pustaka
·
Hermawan,
Wawan. Sistem Morfologi Verba Bahasa Lampung Dialek Tulang Bawang. Jakarta:
Pusat Bahasa, 2001