TUGAS ANTROPOLINGUISTIK
Makna Dalam
Upacara Ziarah Kubur Datuak Sati Cukua Sibola
Di Nagari Maek
Oleh
:
Weni Novita
1110741002
FAKULTAS ILMU BUDAYA
SASTRA DAERAH
UNAND
2013
Pendahuluan
Alam kenyataannya, Antropologi mempelajari semua mahluk manusia
yang pernah hidup pada semua waktu dan semua tempat yang ada di muka bumi ini.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang mempunyai persamaan visi dan misi
baik bahasa, ciri khas, budaya, yang terkumpul dalam sebuah wadah.
Kebudayaan merupakan sebuah tradisi yang lahir dari pola
pikir dan embrio dari pemaknaan manusia melihat sebuah fenomena yang terjadi
dalam masyarakat yang kemudian menjadi ciri khas dan karakter sebuah masyarakat
agar selalu dapat dilestarikan kepada anak dan cucu. Terkadang sebuah budaya
diwujudkan dengan adanya sebuah prosesi ritual yang menyangkutkan masyarakat
Bahasa merupakan alat komunikasi
yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,
tanpa ada bahasa berarti tidak ada masyarakat dan tidak ada pergaulan dan
sifat-sifat masyarakat terutama dapat dipelajari dari bahasanya, yang memang
menyatakan sesuatu yang hidup dalam masyarakt tersebut (kailani, 2001: 76).
Antropolinguistik atau etnolinguistik adalah ilmu yang meneliti
seluk beluk hubungan aneka pemakaian bahasa dengan pola kebudayaan dalam
masyarakat tertentu atau ilmu yang mencoba mencari hubungan antara bahasa,
penggunaan bahasa dan kebudayaan pada umumnya. Etnologi, mempelajari bahasa
dalam kaitannya dengan faktor etnis. Dalam kamus linguistik (Kridalaksana,
1983:42) dinyatakan bahwa etnolinguistik ialah cabang lingusitik yang
menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang
belum mempunyai tulisan atau cabang liguistik yang menyelidiki hubungan bahasa
dan sikap bahasawan terhadap bahasa. Dalam sumber lain disebutkan bahwa
etnolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan tata bahasa berbagai suku
bangsa serta persebarannya.
Tulisan sebagai salah satu komponen bahasa mempunyai makna yang tidak dapat
dilepaskan dalam pembicaraan linguistik. Tulisan adalah hasil menulis; barang
apa yang ditulis; yang berupa karangan (dalam majalah, surat kabar dan
sebagainya atau yang berupa cerita, dongeng dan sebagainya); atau gambaran;
lukisan (KBBI, 2007:918).
Secara
terminologis, istilah antropologi
linguistik mempunyai beberapa padanan. Sebagian menyebutnya dengan
etnolinguistik, sedangkan yang lain menamakannya linguistik antropolgi atau antropologi
linguistik dalam tulisan ini bertujuan untuk mendefinisi kajian bahasa dan kebudayaan
sebagai salah satu cabang antropologi.
Kebudayaan atau antropologi berfungsi sebagai keterangan atau pewatas (
atribut/modifier ). Oleh sebab itu, antropologi linguistik lebih tepat kalau
diklasifikasi sebagai cabang linguistic dari pada antropologi, karena sasaran
pencandraannya yang pertama dan terutama adalah bahasa ( bentuk, fungsi, dan
makna ). Sebagaimana dikemukakan Foley (1997), bahwa linguistik antropologi
adalah bidang bawahan linguistic yang berkaitan dengan tempat bahasa dalam
konteks sosial dan budaya yang lebih luas, dan perannya dalam membentuk dan
mempertahankan praktek budaya dan struktur sosial.
Etnolinguistik adalah cabang menyelidiki hubungan antara bahasa dan
masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan (bidang ini
juga disebut linguistic antropologi, cabang ilmu linguistik antropologi yang
menyelidiki hubungan bahasa dan sikap bahasawan terhadap bahasa; salah satu
aspek etnolinguistik yang sangat menonjol ialah masalah relativitas bahasa.
Secara
ontologism, linguistik kebudayaan menjadikan bentuk, fungsi, dan makna
pemakaian bahasa sebagai objek materi kajiannya. Bahasa yang diproduksi oleh
alat ucap manusia, atau juga yang ditulis dan digunakan untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya itu terstruktur dank arena terstruktur maka bangunan
kebahsaan itu dapat dibedah, diurai-uraikan, dan dijelaska hubungannya, baik
dalam dimensi sintagmatis maupun hubungan paradigmatisnya ( de Sausuure, 1988;
Lyons, 1995 ).
Analisis Antropolinguistik Dalam Upacara Berdoa
Dikuburan Datuak Sati Cukua Sabola
Pada zaman
dahulu dinagari Maek, tinggal sepasang suami istri, mereka memiliki suku yang
sama, karena pada saat itu yang penghuni daerah tersebut hanya suku melayu.
Suku melayu ini adalah suku yang pertama ada di didaerah ini. mereka
memiliki empat orang anak laki-laki. Kemudian setelah datang pasukan musuh dari
luar nagari maek, mereka memburu karena menikah satu suku. Kemudian datuak sati
membangun menhir untuk mengelabuhi musuh.
Pada
suatu saat para musuh secara tiba-tiba menyerang datuak sati dari bukit simun,
dengan akal nya yang cerdik, datuak sati tersebut memasangkan baju pada
menhir-menhir yang telah dibangun. Sehingga para musuh beranggapan kalau
didaerah tersebut penduduknya banyak dan tidak akan terlawan, dan mereka akan
kalah.
Didaerah
terpencil tersebut tidak banyak penduduknya
itulah tujuan dari musuh untuk menaklukan daerah tersebut. Dinamakan
dengan datuak sati cukua sibola adalah karena
rambutnya nya dicukur sebagian saja. Karena ilmu nya yang tinggi dia
ditakuti para musuh. Keempat anaknya
menjadi mamak didaerah tersebut.
Setelah
meninggal datuak sati cukua sibola dimakamkan didaerah Letaknya di palo boso
ronah, sampai saat sekarang masyarakat Nagari Maek masih rutin melakun ziarah
kekuburan tersebut, dan masyarakat menggap ini suatu kegiatan yang wajib
dilakukan untuk menghormati datuak beliau yang terdahulu.
Setiap
selesai lebaran, haji ataupun idul adha masyarakat selalu berbondong-bondong
kesana, dengan membawa berbagai makanan, dan yang paling wajib dibawa yaitu
padi kira-kira satu liter. Masyarakat memiliki kepercayaan kalau membawa padi
yang akan dijadikan benih, dan padi
tersebut akan berhasil ketika panen
nanti.
Simbol-Simbol Dalam Upacara Ziarah Kubur Datuak
Sati Sibola
1. Padi
Membawa
padi merupakan suatu kebiasaan secara turun temurun yang menjadi kebudayaan bagi
masyarakat Nagari Maek, kalau pergi ziarah kekubur datuak sati sibola harus
membawa padi, ini melambangkan kemakmuran. dan masyarakat percaya hasil
panennya akan berlimpah.
2. Nasi dan
panungkawah
Selain
membawa padi masyakat juga membawa nasi dan panungkawah yang biasa dibwa oleh
ibu-ibu. Panungkawah sama artinya dengan makan penutup setelah makan nasi.
Biasa masyarakat setelah melalukan doa bersama-sama dikuburan, mereka
malaksnakan makan bersama.
Tujuan
nya yaitu kita harus belajar saling menghornati dan rukun antar sesama, dengan
melakukan makan dan berdoa bersama akan terciptanya rasa persaudaraan yang
lebih tinggi.
3.
Setiap Upacara tentunya ada doa-doa
dan mantra yang diucapkan, selain agar prosesi upacara lancer juga doa-doa
dipanjatkan kepada sang pencipta alam yaitu Tuhan yang Maha Esa.
Penutup
Indonesia akan kaya dengan budaya
dan adat istiadat yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai generasi muda
wajiblah mengembangkan, melestarikannya agar masa depan tidak merenggut
budaya-budaya warisan nenek moyang dan hilang ditelan zaman.
Adat dan kebiasaan yang dilakukan
masyarakat dalam berziarah kekuburan datuak sati cukua sibola merupakan salah
satu kebudayaan masyarakat yang harus dilestarikan dan dijunjung tinggi juga
merupakan sejarah bagi daerah maek tersebut.
Daftar pustaka
Ø Kridalaksna, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Ø Medan,
Tasmin. 1988. Antologi Kebahasaan.Padang:
Angkasa Raya
Ø Duranti,
Alessandro. 1997. Linguistik Antropologi.
Combridge: Universitas Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar