Minggu, 28 September 2014

ANTROPOLINGUISTIK



TUGAS ANTROPOLINGUISTIK
Makna Dalam Upacara Ziarah Kubur Datuak Sati Cukua Sibola
Di Nagari Maek
 





Oleh :
Weni Novita
1110741002


FAKULTAS ILMU BUDAYA
SASTRA DAERAH
                                                                       UNAND
2013

Pendahuluan
Alam kenyataannya, Antropologi mempelajari semua mahluk manusia yang pernah hidup pada semua waktu dan semua tempat yang ada di muka bumi ini. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang mempunyai persamaan visi dan misi baik bahasa, ciri khas, budaya, yang terkumpul dalam sebuah wadah.
Kebudayaan merupakan sebuah tradisi yang lahir dari pola pikir dan embrio dari pemaknaan manusia melihat sebuah fenomena yang terjadi dalam masyarakat yang kemudian menjadi ciri khas dan karakter sebuah masyarakat agar selalu dapat dilestarikan kepada anak dan cucu. Terkadang sebuah budaya diwujudkan dengan adanya sebuah prosesi ritual yang menyangkutkan masyarakat
Bahasa merupakan alat komunikasi  yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat, tanpa ada bahasa berarti tidak ada masyarakat dan tidak ada pergaulan dan sifat-sifat masyarakat terutama dapat dipelajari dari bahasanya, yang memang menyatakan sesuatu yang hidup dalam masyarakt tersebut (kailani, 2001: 76).
Antropolinguistik atau etnolinguistik adalah ilmu yang meneliti seluk beluk hubungan aneka pemakaian bahasa dengan pola kebudayaan dalam masyarakat tertentu atau ilmu yang mencoba mencari hubungan antara bahasa, penggunaan bahasa dan kebudayaan pada umumnya. Etnologi, mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan faktor etnis. Dalam kamus linguistik (Kridalaksana, 1983:42) dinyatakan bahwa etnolinguistik ialah cabang lingusitik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan atau cabang liguistik yang menyelidiki hubungan bahasa dan sikap bahasawan terhadap bahasa. Dalam sumber lain disebutkan bahwa etnolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan tata bahasa berbagai suku bangsa serta persebarannya.
Tulisan sebagai salah satu komponen  bahasa mempunyai makna yang tidak dapat dilepaskan dalam pembicaraan linguistik. Tulisan adalah hasil menulis; barang apa yang ditulis; yang berupa karangan (dalam majalah, surat kabar dan sebagainya atau yang berupa cerita, dongeng dan sebagainya); atau gambaran; lukisan (KBBI, 2007:918).
Secara terminologis, istilah antropologi linguistik mempunyai beberapa padanan. Sebagian menyebutnya dengan etnolinguistik, sedangkan yang lain menamakannya linguistik antropolgi atau antropologi linguistik dalam tulisan ini bertujuan untuk mendefinisi kajian bahasa dan kebudayaan sebagai salah satu cabang antropologi. Kebudayaan atau antropologi berfungsi sebagai keterangan atau pewatas ( atribut/modifier ). Oleh sebab itu, antropologi linguistik lebih tepat kalau diklasifikasi sebagai cabang linguistic dari pada antropologi, karena sasaran pencandraannya yang pertama dan terutama adalah bahasa ( bentuk, fungsi, dan makna ). Sebagaimana dikemukakan Foley (1997), bahwa linguistik antropologi adalah bidang bawahan linguistic yang berkaitan dengan tempat bahasa dalam konteks sosial dan budaya yang lebih luas, dan perannya dalam membentuk dan mempertahankan praktek budaya dan struktur sosial.

Etnolinguistik adalah cabang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan (bidang ini juga disebut linguistic antropologi, cabang ilmu linguistik antropologi yang menyelidiki hubungan bahasa dan sikap bahasawan terhadap bahasa; salah satu aspek etnolinguistik yang sangat menonjol ialah masalah relativitas bahasa.
Secara ontologism, linguistik kebudayaan menjadikan bentuk, fungsi, dan makna pemakaian bahasa sebagai objek materi kajiannya. Bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia, atau juga yang ditulis dan digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya itu terstruktur dank arena terstruktur maka bangunan kebahsaan itu dapat dibedah, diurai-uraikan, dan dijelaska hubungannya, baik dalam dimensi sintagmatis maupun hubungan paradigmatisnya ( de Sausuure, 1988; Lyons, 1995 ).






Analisis  Antropolinguistik Dalam Upacara Berdoa Dikuburan Datuak Sati Cukua Sabola
Pada zaman dahulu dinagari Maek, tinggal sepasang suami istri, mereka memiliki suku yang sama, karena pada saat itu yang penghuni daerah tersebut hanya suku melayu. Suku melayu ini adalah suku yang pertama ada di didaerah ini.   mereka memiliki empat orang anak laki-laki. Kemudian setelah datang pasukan musuh dari luar nagari maek, mereka memburu karena menikah satu suku. Kemudian datuak sati membangun menhir untuk mengelabuhi musuh.
Pada suatu saat para musuh secara tiba-tiba menyerang datuak sati dari bukit simun, dengan akal nya yang cerdik, datuak sati tersebut memasangkan baju pada menhir-menhir yang telah dibangun. Sehingga para musuh beranggapan kalau didaerah tersebut penduduknya banyak dan tidak akan terlawan, dan mereka akan kalah.
Didaerah terpencil tersebut tidak banyak penduduknya  itulah tujuan dari musuh untuk menaklukan daerah tersebut. Dinamakan dengan datuak sati cukua sibola adalah karena  rambutnya nya dicukur sebagian saja. Karena ilmu nya yang tinggi dia ditakuti para musuh.  Keempat anaknya menjadi mamak didaerah tersebut.
Setelah meninggal datuak sati cukua sibola dimakamkan didaerah Letaknya di palo boso ronah, sampai saat sekarang masyarakat Nagari Maek masih rutin melakun ziarah kekuburan tersebut, dan masyarakat menggap ini suatu kegiatan yang wajib dilakukan untuk menghormati datuak beliau yang terdahulu.
Setiap selesai lebaran, haji ataupun idul adha masyarakat selalu berbondong-bondong kesana, dengan membawa berbagai makanan, dan yang paling wajib dibawa yaitu padi kira-kira satu liter. Masyarakat memiliki kepercayaan kalau membawa padi yang akan dijadikan benih,  dan padi tersebut  akan berhasil ketika panen nanti.



Simbol-Simbol Dalam Upacara Ziarah Kubur Datuak Sati Sibola
1.      Padi
Membawa padi merupakan suatu kebiasaan secara  turun temurun yang menjadi kebudayaan bagi masyarakat Nagari Maek, kalau pergi ziarah kekubur datuak sati sibola harus membawa padi, ini melambangkan kemakmuran. dan masyarakat percaya hasil panennya akan berlimpah.
2.      Nasi dan panungkawah
Selain membawa padi masyakat juga membawa nasi dan panungkawah yang biasa dibwa oleh ibu-ibu. Panungkawah sama artinya dengan makan penutup setelah makan nasi. Biasa masyarakat setelah melalukan doa bersama-sama dikuburan, mereka malaksnakan makan bersama.
Tujuan nya yaitu kita harus belajar saling menghornati dan rukun antar sesama, dengan melakukan makan dan berdoa bersama akan terciptanya rasa persaudaraan yang lebih tinggi.

3.      Setiap Upacara tentunya ada doa-doa dan mantra yang diucapkan, selain agar prosesi upacara lancer juga doa-doa dipanjatkan kepada sang pencipta alam yaitu Tuhan yang Maha Esa.





Penutup
Indonesia akan kaya dengan budaya dan adat istiadat yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai generasi muda wajiblah mengembangkan, melestarikannya agar masa depan tidak merenggut budaya-budaya warisan nenek moyang dan hilang ditelan zaman.
Adat dan kebiasaan yang dilakukan masyarakat dalam berziarah kekuburan datuak sati cukua sibola merupakan salah satu kebudayaan masyarakat yang harus dilestarikan dan dijunjung tinggi juga merupakan sejarah bagi daerah maek tersebut.














Daftar pustaka
Ø  Kridalaksna, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Ø  Medan, Tasmin. 1988. Antologi Kebahasaan.Padang: Angkasa Raya
Ø  Duranti, Alessandro. 1997. Linguistik Antropologi. Combridge: Universitas Press



Tidak ada komentar:

Posting Komentar